Sabtu, 25 September 2010

budaya berorganisasi

Budaya berorganisasi di Indonesia itu luas banget cakupannya, mulai dari tingkat sekolahan kaya OSIS atau ekskul sampe tingkat Negara contohnya parpol atau pemerintahan itu sendiri . kalau di OSIS itu sebagai penghubung antara siswa sama pihak sekolah, sekaligus juga tempat aspirasi siswa – siswa yang punya usul buat memajukan sekolahnya. Pada dasarnya partai politik juga sama, sama – sama berperan sebagai penampung aspirasi rakyat buat pemimpinnya cuma anggota dan wilayah cakupannya lebih luas dari OSIS. Sementara pemerintahan itu sendiri adalah pusatnya organisasi, peraturan yang ada di Negara ini dibuat sama pemerintah, pemerintah juga yang menegakkan aturan itu dan menghukum yang melanggarnya melalui kepolisian. Coba bayangkan kalau Negara ini tidak terorganisir alias tidak ada aturan ? akan ada pembunuhan, penculikan, perampokan, pencurian dan berbagai tindakan kejahatan lainnya di Negara ini karena ga ada hokum dan penegak hokum yang membela hak manusia.

Makin besar suatu organisasi dan makin banyak anggotanya biasa juga akan menimbulkan pengaruh di masyarakat . sebenernya berorganisasi itu bagus, kita jadi bebas berserikat dan menentukan pilihan kaya yang tertulis di UUD pasal 28, lagipula segala sesuatu yang terorganisir itu bagus kan ? jadi teratur dan terlihat rapi. Tapi ada juga manusia yang dengan berorganisasi jadi menghilangkan hak orang lain demi kepentingan dirinya atau golongannya, misalnya para koruptor itu.
Sebenernya organisasi itu dibuat kan untuk mengatur apa yang tidak teratur, seperti kehidupan atau benda – benda disekitar kita. Contoh gampang aja buku – buku yang ada di toko buku itu terorganisir jadi kita gampang cari buku yang kita mau, gimana kalo misalnya buku – buku itu berantakan gitu aja di lantai akan susah banget cari buku yang mau kita beli. Maka dari itu tujuan berorganisasi itu baik cuma jangan sampai ditengah jalan kegiatannya merugikan orang atau mementingkan golongannya sendiri.

akulah pendosa .

dunia.. tak adakah lagi tempat bagiku ?
untuk berdiri dan meraba masa depan
wahai insan.. tak adakah lagi yang menyapaku ?
menari dalam kesantunan
mengapa ? apa karena diriku ini ?

aku tumbuh dalam naungan iblis
jiwaku terengkuh oleh aura setan
aku adalah pendosa.. pendosa
namun.. kulihat sang jibril tersenyum lembut
mengantarku membawa terangnya kalbu

tidak..
mereka tahu
aku bukanlah orang suci
bukan pula seorang sufi
aku adalah pendosa

ya Tuhan..
bebaskan aku dari belenggu iblis yang merantaiku
luputkan aku dari sang nestapa
agar mereka menatapku..
memandangku..
kumohon pada-Mu

aku memohon
dan akan terus memohon
sampai nafasku terputus
hingga roh jiwaku melayang
aku akan tetap memohon
demi dosa ini
demi hati ini
karena engkau tahu
akulah pendosa

Kisah Mawar Putih dan Burung Gereja

Dahulu kala hiduplah mawar putih yang sangat cantik dan harum..
Tapi mawar itu selalu terlihat bersedih.. Ia selalu menatap iri pada mawar merah yang menurutnya berwarna, segar, dan indah dipandang..
Hari itu hujan deras dan mawar putih sangat takut, ia takut ia akan jatuh ke tanah..
Tak lama datanglah seekor burung gereja.. tanpa berkata apa – apa burung gereja itu melebarkan sayapnya dan menghalangi hujan yang mengenai mawar putih, mawar putih hanya menatap tak percaya pada burung gereja yang bahkan tak dikenalnya itu..
Sejak hari itu burung gereja selalu datang untuk berbincang atau sekedar menatap mawar putih itu dari jauh..
Suatu haru burung gereja itu daatang lagi menemui mawar putih lalu berkata “ aku selalu melihatmu bersedih dan murung, ada apa? “ tapi mawar putih hanya menggelengkan kepala, “ aku mencintaimu dan aku akan selalu berusaha membuatmu tertawa.. “ lanjut burung gereja, mawar putih hanya termangu ragu mendengar kata – kata itu..
Sudah beberapa hari burung gereja itu tidak datang menemui mawar putih, mawar putih kesal sekali karena merasa dipermainkan, ketika beberapa hari kemudian burung geraja itu datang mawar putih mengacuhkannya, burung gereja itu tdak mengerti apa yang salah lalu ia bertanya pada mawar putih “ mengapa kau bersikap seperti ini padaku ? “ mawar putih lalu hanya diam, “ apakah kau tidak mencintaiku? “ tanya burung gereja itu “ aku akan mencintaimu kalau kau dapat membuat aku menjadi mawar merah.. “ sahut mawar putih..
Tanpa berpikir panjang burung gereja itu memotong sayapnya lalu meneteskan darahnya pada kelopak mawar putih sehingga warnanya menjadi merah..
Mawar putih menyadari kesalahannya, burung gereja itu sangat mencintainya begitupun dirinya tapi semua itu terlambat, burung gereja itu sudah mati bersamaan dengan mawar putih yang menjadi mawar merah..